Smansagi

Sebenarnya saya sangat trauma dengan yang namanya sekolah. Mengapa? Ketika masih SD, saya adalah salah satu siswa yang paling sering menerima bully. Selain bodoh, saya juga sangat kumal, maklumlah sering malas mandi. 

Dengan keadaan seperti itu, saya menjadi sosok yang paling tidak dihargai di sekolah, sering di kerjai, sering ditertawai, bahkan tidak memiliki seorang sahabat dekat pun. Wah, masa masa SD memang bukan masa yang bahagia bagi saya.
Beruntung, dengan predikat terbodoh ketika SD, saya lulus seleksi masuk SMP terbaik di berastagi kala itu. SMP N 1 , itulah sekolah pelabuhan selanjutnya.

Keadaan ketika di SD, tampaknya tidak jauh berbeda dengan SMP. Saya masih tetap menjadi ekor, dan bahkan nyaris tidak diingat ketika SMP. Saya dipaksa menerima kenyataan, bahwa saya memang terlahir sebagai anak yang bodoh, tidak berbakat dan bermuka jelek.

Baca Juga : Humor Karo

Dengan keadaan yang super tidak menyenangkan, saya mulai malas pergi kesekolah. Saya dan beberapa teman mulai membolos tidak masuk sekolah.

Tidak tangung tanggung, saya mengantongi 48 absen tambah 7 sakit, dan 3 izin. Dengan banyaknya jumlah bolos sekolah ini, orang tua saya diundang untuk hadir di sekolah. Tentu saja sang ibu, sangat terkejut dengan keadaan saya itu. Tidak tertahankan, mama menangis .....

Dengan keadaan ekonomi yang sedang tidak baik, mama harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya sering bolos sekolah, dan terancam tidak naik kelas. Rasanya saya tidak kuat melihat dia begitu bersedih. Dengan penuh kesadaran, saya memberanikan diri mengatakan kepada bapak, agar saya berhenti sekolah saja, rasannya sekolah memang bukan bakat saya, saya terlalu bodoh dibanding dengan teman teman saya.
Mengejutkan, jawaban bapak tidak terduga. “Kalau mau berhenti sekolah, jangan lagi kulihat disini. Pergi saja dari sini”

Saya menjadi ketakutan dan tidak jadi berhenti sekolah. Dengan memberanikan diri, saya memohon kepada bapak, agar saya dizinkan les sore. Karena saya menyadari, saya harus mengejar ketertinggalan saya dengan teman teman saya.

Dengan keadaan ekonomi yang sangat tidak baik pada saat itu, bapak mengupayakan agar saya bias ikut les sore. Benar saja, saya akhirnya bias ikut les sore, les bahasa inggris dan matematika. Perlahan, percaya diri saya mulai naik. Akhirnya saya menyadari, saya bukanlah orang bodoh, terjelek, terkumal yang tidak beruntung.

Segalanya tampak berubah, ketika saya masuk SMA. Ya, tentu SMA terbaik di Berastagi, SMA N 1 Berastagi adalah pelabuhan saya selanjutnya. Setidaknya, ketika masuk SMA ini, saya sudah punya modal percaya diri.

Saya sudah melihat diri saya yang special, bukan lagi kerdil bodoh tak berdaya. Saya banyak bertumbuh disekolah ini, dengan bimbingan guru guru yang sudah berpengalaman, pola pikir dan mental saya di asah secara bertahap. Semua rasanya benar benar berubah, bahkan masa masa SMA adalah salah satu masa sama terbahagia saya .

Bahkan ketika kelas 12 saya pernah meraih predikat terbaik, dan mewakili SMA N  Berastagi dalam Olimpiade UN Se-Sumatera Bagian Utara.   

Saya sadar, Tuhan mampu mengubah nasib saya. Dan jika Tuhan sudah mengangkatmu, tidak ada satu orangpun mampu menurunkanmu. Karena sesungguhnya, otoritas tertinggi ada ditangan pencipta. Segala sesuatu berada pada keputusannya. Dia yang Maha Sempurna.....

Kalau Tuhan saja mampu mengubahkan hidup saya, tentu Tuhan juga mampu mengubahkan hidupmu. Hanya, mintalah, dan jangan lelah meminta, dan teruslah bersabar, waktu Tuhan akan datang dengan cara yang tidak terduga.....

Bersambung......